Ciri utama material Ferrous adalah mengandung besi (Fe) sebagai komponen utama, umumnya bersifat magnetik dan rentan terhadap korosi (kecuali stainless steel). Contohnya pada Baja (Steel), yakni untuk campuran besi dan karbon, sering digunakan dalam konstruksi dan otomotif. Pada Besi Cor (Cast Iron) dimana mengandung lebih banyak karbon daripada baja, digunakan dalam mesin dan pipa. Pada Stainless Steel, ada pada campuran besi, kromium, dan nikel, tahan korosi dan digunakan dalam peralatan dapur serta medis.

Untuk material Non-Ferrous ciri utamanya adalah tidak mengandung besi, lebih tahan korosi dan umumnya lebih ringan disbanding logam Ferrous. Contohnya pada Alumunium cenderung ringan, tahan korosi, sering digunakan dalam industri penerbangan dan otomotif. Pada Tembaga sebagai konduktor listrik yang baik, digunakan dalam kabel dan pipa. Pada Emas & Perak lebih bersifat mulia, digunakan dalam perhiasan dan elektronik. Pada Zink (Seng) dapat digunakan untuk galvanisasi baja agar tahan karat. Pada Timah lebih lembut dan tahan korosi, digunakan dalam solder dan pelapisan makanan.

Material Ferrous memiliki beberapa karakteristik. Ferrous bersifat magnetik karena adanya kandungan besi. Mudah dideteksi oleh metal detector karena menghasilkan gangguan medan magnetik yang kuat. Konduktivitas listriknya bervariasi tergantung pada komposisi material. Besi murni memiliki konduktivitas yang lebih rendah dibandingkan tembaga atau aluminium. Digunakan dalam konstruksi, otomotif, dan industri berat karena kekuatan dan ketahanannya.

Material Non-Ferrous juga memiliki beberapa karakteristik. Non-ferrous umumnya bersifat non-magnetik (kecuali nikel dan kobalt). Lebih sulit dideteksi oleh metal detector karena tidak menghasilkan gangguan medan magnetik yang signifikan. Umumnya memiliki konduktivitas listrik yang tinggi (contoh: tembaga dan aluminium). Sinyal yang dihasilkan oleh logam non-ferrous lebih lemah dibandingkan Ferrous. Digunakan dalam industri elektronik, kabel, kemasan, dan aerospace karena ringan dan tahan korosi.

Dampak pada desain Metal Detector:
Ferrous dapat dideteksi pada frekuensi rendah (3-30 kHz) karena sifat magnetiknya yang kuat. Sementara Non-Ferrous membutuhkan frekuensi yang lebih tinggi (30-100 kHz) karena gangguan medan magnetik yang dihasilkan lebih lemah. Untuk Sensitivitas Koil, harus dirancang untuk mendeteksi perubahan kecil dalam medan magnetik, terutama untuk logam non-ferrous. Desain koil yang seimbang (balanced coil) membantu mengurangi noise dan meningkatkan sensitivitas. Algoritma pengolahan sinyal harus mampu membedakan antara sinyal dari logam ferrous dan non-ferrous. Filter digital dan teknik machine learning juga dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi deteksi.


0 Response

Leave a Reply